15. CUACA DINGIN DI MADINAH. (blog)
Di pagi hari yang segar itu, kami telah bersiap untuk keluar hotel. Mencari keperluan bahan makanan dan bermaksud melihat lokasi mesjid Nabawi sebelum melaksanakan sholat Zhuhur siang nanti. Begitu kami keluar dari kamar, kami terus menuju lift, dan terus menuju lantai dasar. Kami semua berjumlah enam orang. Semuanya yang tinggal di kamar kami. Setibanya di luar hotel, ternyata udara sangat dingin. Kami yang keluar itu cuma bercelana dan berpakaian biasa. Tapi rupanya, badan tidak mampu melawan udara dingin kalau hanya dengan pakaian seperti itu. Tanpa ada mufakat, semua langsung mengatakan, sebaiknya kita mengambil jacket dulu. Sayapun takkan tahan dengan udara dingin seperti itu. Kata kepala rombongan kami, suhu pagi itu berkisar 4’C. Luar biasa. Seumur hidup, saya tidak pernah mengalami cuaca dingin seperti itu.
Ada perasaan kagum pada semua ini. Musim dingin yang sering kita dengar, rupanya beginilah keadaanya. Terasa amat dingin sekali. Tak seperti di daerah saya yang terbiasa dengan suhu 35’C.
Setelah semuanya telah berpakaian tebal, kamipun mulai lagi berniat untuk melaksanakan tujuan semula. Tapi rupanya ada di antara kami yang tidak mempunya jacket. Kutanya kenapa? Rupanya dia teringat apa kata guru agama kami. “Kalau kita punya niat yang ikhlas untuk melaksakan haji ini, Tuhan akan memberi keringanan”.
Jadi dia percaya bahwa Tuhan akan memberi kemudahan baginya di tanah Arabia ini. Saya menatapnya penuh tanya. Kenapa pikiran manusia yang satu ini begitu pendek. Cuma itukah ucapan Tuhan yang perlu diingat? Tak adakah ucapan Tuhan yang ia tahu selain kalimat itu? Tak pernahkah ia dengar apa kata Tuhan, “Jangan katakan kamu beriman, sebelum saya menguji kamu”.
Apakah ia akan diuji dengan suhu yang yang amat dingin ini? Bukankah ia ke negeri Arab ini hanya akan melaksanakan ibadah haji dan siarah ke makam Nabi? Ataukah hanya untuk menjalani ujian dengan dinginnya alam? Luar biasa kuasa Tuhan. Luar biasa Tuhan menciptakan manusia yang bermacam-macam pikirannya. Saya benar-benar salut melihat laki-laki setengah umur yang tak mempunyai jacket itu. Mukanya mulai pucat. Istrinya tiba-tiba datang dari dalam hotel. Dia melihat wajah pucat suaminya. Lalu kamipun merubah rencana. Dari tadi kami yang punya rencana untuk membeli keperluan makanan. Jadinya kami akan pergi mencari toko penjual jacket. Mesti mencari lagi. Sebab tak ada yang sudah dikenali di daerah ini. Kami berdiri di depan hotel. Untuk pertama kalinya menatap ke segala arah bagian hotel ini.
Oleh Mr Tanjung panyabungan
Bila ingin membaca buku karangan saya mengenai haji,anda bisa memperoleh bukunya dengan mengklik link ini
Bila ingin membaca buku karangan saya mengenai haji,anda bisa memperoleh bukunya dengan mengklik link ini
Monday, June 30, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment