54. SEORANG MANDAILING MENGAJAK KAMI UNTUK SIARAH
Pada hari ke empat, kami berada di Madinah. Seorang yang pernah naik ke bus kami ketika kami baru sampai ke Madinah ini dari Jeddah. Yaitu seorang Mandailing yang pernah menawarkan dirinya sebagai pemandu kami di Madinah, tiba-tiba datang ke maktab kami. Dia mengajak kami untuk dia temani jalan-jalan ke Quba, mesjid Qiblatain, Uhud, dan pekuburan Sayidina Hamsah. Tentu saja kami bersedia. Dan dia telah membawa bus yang dicarternya untuk perjalanan ini. Sementara kami diminta membayar 20 Riyal per satu orangnya.
Dia membawa bis dengan kapasitas penumpang 40 orang. Dalam waktu sebentar saja, orangnya sudah terkumpul. Lalu kami berangkat menuju tempat siarah yang dikatakannya.
Dalam perjalanan ini, tujuan kami yang pertama adalah gunung Uhud. Di mana gunung itu amat bersejarah bagi cerita perjuangan Islam. Dahulu ketika terjadi perang Uhud, sebagian sahabat tidak mengindahkan apa yang dinasehatkan oleh Nabi, tentang taktik perang ini. Sehingga banyak tentara Islam terbunuh dalam peperangan ini. Begitu sekilas sejarah mengenai gunung Uhud yang akan kami kunjungi ini.
Dalam perjalanan ini, banyak juga kami lewati kebun-kebun kurma di pnggir jalan raya yang kami lalui. Mataku dengan seriusnya memperhatikannya. Karena memang baru kali ini saya melihat kebun kurma.
Di tengah perjalanan, pemandu kami menunjuk sebuah istana yang ada di puncak bukit. Katanya itu istana raja Fhad. Raja yang berkuasa di negara Saudi Arabia. Istana itu nampak dari jauh. Karena kami sedang berada di dalam bis di jalan raya. Sementara istana itu berada di puncak bukit yang cuma bisa ditatap dari jauh saja. Tapi keindahan dan kemegahannya nampak walau dengan penglihatan sejauh itu. Hampir 20 menit setelah berangkat dari maktab, kami telah bisa melihat gunung Uhud yang ternyata amat besar. Sangat jauh memanjang.
Ketika bis telah berhenti, kami segera turun. Pemandu menunjuk gunung Uhud dari timurnya hingga ke baratnya. Dan ia juga menunjuk sebuah gunung yang tidak terlalu tinggi. Dan di situlah dulu para sahabat Rasulullah bertahan. Tempat itulah yang sengaja dikatakan nabi Muhammad agar tidak ditinggalkan. Dan akhirnya mereka tinggalkan, sehingga kaum muslimin hampir kalah dan pelipis nabi sempat terluka dalam peperangan itu. Tapi akhirnya Islam bisa juga memenangkan peperangan itu.
Dalam keadaan berdiri begitu, kurogoh saku jacket tebalku untuk mengambil camera milik saya. Kubuka pembalutnya dan kuarahkan lensanya ke arah gunung Uhud. Tapi sayang ketika akan kupotret, ternyata baterenya habis. Sial bangat. Kuperhatikan ke kiri dan ke kanan. Di mana ada studio atau penjual batere camera. Tapi nampaknya tidak ada. Tapi aku yakin pasti ada. Tak mungkin tak ada di tempat rekreasi begini. Walaupun tempat ini namanya tempat siarah, tapi kelihatannya seperti tempat rekreasi saja. Sebab banyaknya pengunjung di lokasi ini.
Gunung itu terdiri dari bebatuan dan pasir. Tak satupun tanaman yang tumbuh diatasnya. Dari pangkal gunung hingga ujungnya, semua terdiri dari bebatuan dan pasir. Dan nampak berdiri kokoh di atas bumi Tuhan ini. Gunung Uhud adalah gunung terbesar di Madinah. Terletak sekitar 5 km dari pusat kotanya.
Cerita ini telah saya tulis menjadi sebuah buku. Anda bila temukan bukunya disini
Tuesday, March 10, 2009
Sunday, March 8, 2009
BELI ROKOK MARLBORO DI MINI MARKET
BELI ROKOK MARLBORO DI MINI MARKET
Sehabis main-main dengan anak Negro yang menggantikan ayahnya berjualan di depan hotel kami, saya lalu menyeberang jalan. Kemudian terus memasuki sebuah mini market ke arah kiri hotel kami.
Di dalam mini market ini saya temui barang dagangan seperti sayuran segar, cornet, jelly, snack-snack product Jeddah dan dan juga minuman segar dengan rasa berbagai macam buah. Pagi ini saya memilih membeli minuman rasa jeruk. Saya langsung meminumnya setelah saya bayar. Lama juga akhirnya mengobrol dengan pemilik mini market itu. Dia seorang keturunan India dengan Arab Saudi. Tapi nampak dari mukanya, wajahnya lebih dominan ke bangsa India. Orangnya amat ramah.
Ketika saya lagi duduk-duduk di situ, tiba-tiba seseorang datang mau membeli sesuatu. Kemudian penjual ini mengambil sesuatu dari bawah meja. Ketika transaksi jual beli ini sedang mereka lakukan, saya merasa heran. Kenapa rokok dagangannya harus disembunyikan di bawah meja.
Saya langsung bertanya, dan dia menerangkan bahwa rokok merupakan barang terlarang untuk diperjual belikan di sana. Sangat berbeda dengan di negara saya. Di tempat saya, malah rokoklah masukan devisa negara paling banyak. Tapi di sini malah dilarang.
Saya membawa banyak rokok untuk saya isap sendiri di Arab. Tapi bukan merek Marlboro. Saya langsung ingin mencoba. Kubeli rokok dagangannya dengan harga 6 Riyal. Kalau dibandingkan dengan harga rokok di negara saya, berarti lima kali lipat lebih mahal. Tapi tentu sudah murah kalau merupakan barang illegal.
Di mini market ini saya memperhatikan barang dagangannya. Cara menyusunnya, cara layanannya, semua memang lebih bagus dengan cara-cara dagang di negara saya. Cocok nampaknya kalau cara-cara dagang mereka kalau kita tiru.
Begitulah setelah saya lelah mengobrol dengan dia, saya langsung pergi ke hotel untuk istirahat. Di kamar, kami berbincang-bincang tentang sholat Jum’at. Kalau selama di Indonesia, tentu perempuan tak pernah melaksanakan sholat Jum’at. Tapi di Madinah ini, karena semua jemaah mengejar ingin melengkapi sholat Arbainnya, tentu ia akan melaksanakan sholat Jum’at bersama laki-laki. Padahal sholat Jum’at tidak pernah diwajibkan pada seorang perempuan. Yang wajib bagi mereka hanya sholat Zhuhur. Tapi khusus hari Jum’at, tidak ada sholat Zhuhur berjamaah di mesjid. Hanya ada sholat Jum’at. Lalu bagaimana dengan perempuan. Inilah yang jadi perbincangan kami. Tak ada seorangpun di antara kami yang mampu menjawabnya. Sebab di antara kami semua yang ada di kamar itu, seluruhnya pebisnis. Tak ada seorangpun yang berprofesi sebagai guru agama. Jadi yang ingin pergi ke Madinah atau ke Mekkah, ada baiknya menanyakan hal ini lebih dulu pada guru agama sebelum pergi ke tanah suci ini. Agar tidak lagi seperti kami. Kami melaksanakannya tanpa pengetahuan yang memadai.
Kami semua laki-laki dan perempuan akhirnya sama-sama pergi melaksanakan sholat jum’at di mesjid Nabawi.
Bila ingin membaca buku karangan saya mengenai haji,anda bisa memperoleh bukunya dengan mengklik link ini
Sehabis main-main dengan anak Negro yang menggantikan ayahnya berjualan di depan hotel kami, saya lalu menyeberang jalan. Kemudian terus memasuki sebuah mini market ke arah kiri hotel kami.
Di dalam mini market ini saya temui barang dagangan seperti sayuran segar, cornet, jelly, snack-snack product Jeddah dan dan juga minuman segar dengan rasa berbagai macam buah. Pagi ini saya memilih membeli minuman rasa jeruk. Saya langsung meminumnya setelah saya bayar. Lama juga akhirnya mengobrol dengan pemilik mini market itu. Dia seorang keturunan India dengan Arab Saudi. Tapi nampak dari mukanya, wajahnya lebih dominan ke bangsa India. Orangnya amat ramah.
Ketika saya lagi duduk-duduk di situ, tiba-tiba seseorang datang mau membeli sesuatu. Kemudian penjual ini mengambil sesuatu dari bawah meja. Ketika transaksi jual beli ini sedang mereka lakukan, saya merasa heran. Kenapa rokok dagangannya harus disembunyikan di bawah meja.
Saya langsung bertanya, dan dia menerangkan bahwa rokok merupakan barang terlarang untuk diperjual belikan di sana. Sangat berbeda dengan di negara saya. Di tempat saya, malah rokoklah masukan devisa negara paling banyak. Tapi di sini malah dilarang.
Saya membawa banyak rokok untuk saya isap sendiri di Arab. Tapi bukan merek Marlboro. Saya langsung ingin mencoba. Kubeli rokok dagangannya dengan harga 6 Riyal. Kalau dibandingkan dengan harga rokok di negara saya, berarti lima kali lipat lebih mahal. Tapi tentu sudah murah kalau merupakan barang illegal.
Di mini market ini saya memperhatikan barang dagangannya. Cara menyusunnya, cara layanannya, semua memang lebih bagus dengan cara-cara dagang di negara saya. Cocok nampaknya kalau cara-cara dagang mereka kalau kita tiru.
Begitulah setelah saya lelah mengobrol dengan dia, saya langsung pergi ke hotel untuk istirahat. Di kamar, kami berbincang-bincang tentang sholat Jum’at. Kalau selama di Indonesia, tentu perempuan tak pernah melaksanakan sholat Jum’at. Tapi di Madinah ini, karena semua jemaah mengejar ingin melengkapi sholat Arbainnya, tentu ia akan melaksanakan sholat Jum’at bersama laki-laki. Padahal sholat Jum’at tidak pernah diwajibkan pada seorang perempuan. Yang wajib bagi mereka hanya sholat Zhuhur. Tapi khusus hari Jum’at, tidak ada sholat Zhuhur berjamaah di mesjid. Hanya ada sholat Jum’at. Lalu bagaimana dengan perempuan. Inilah yang jadi perbincangan kami. Tak ada seorangpun di antara kami yang mampu menjawabnya. Sebab di antara kami semua yang ada di kamar itu, seluruhnya pebisnis. Tak ada seorangpun yang berprofesi sebagai guru agama. Jadi yang ingin pergi ke Madinah atau ke Mekkah, ada baiknya menanyakan hal ini lebih dulu pada guru agama sebelum pergi ke tanah suci ini. Agar tidak lagi seperti kami. Kami melaksanakannya tanpa pengetahuan yang memadai.
Kami semua laki-laki dan perempuan akhirnya sama-sama pergi melaksanakan sholat jum’at di mesjid Nabawi.
Bila ingin membaca buku karangan saya mengenai haji,anda bisa memperoleh bukunya dengan mengklik link ini
Subscribe to:
Posts (Atom)